Tentang Nafsu

14.13 Edit This 0 Comments »
"Nafsu adalah pelengkap yang lahir bersama hidup itu sendiri. Tubuh manusia kalau boleh diumpamakan sebuah kereta yang lengkap, maka nafsu adalah kuda-kudanya yang dipasang di depan kereta. Si kereta tidak akan dapat bergerak maju sendiri tanpa tarikan tenaga kuda-kuda nafsu itu. Kuda-kuda nafsunya memang liar dan binal, kalau dibiarkan saja kuda-kuda itu tentu meliar dan membedal semauaya sendiri, tentu ada bahayanya kuda-kuda itu, akan menjerumuskan keretanya ke dalam jurang kesengsaraan hidup, mungkin berikut kusirnya sekali karena kereta itu juga ada kusirnya, yaitu si aku yang sejati, jiwa yang menguasai seluruh kereta. Kalau kusir itu pandai mengendalikan kuda-kuda liar itu dengan tali-temali berupa kesadaran, maka kuda-kuda nafsu yang liar dan binal itu dapat dipergunakan tenaganya untuk menarik maju si kereta menuju ke jalan yang benar, sesuai dengan kehendak alam, segala sesuatu harus bergerak maju, namun kemajuan yang lurus dan benar, karena siapa yang maju dalam keadaan menyeleweng pasti akan hancur ke dalam jurang kesengsaraan”

“Di dunia ini tidak ada peristiwa yang aneh! Segala yang terjadi adalah wajar, siapa yang memaksa kita harus bersuka atau berduka? Yang telah terjadi tetap terjadi peristiwa yang sudah terjadi merupakan hal yang telah lewat dan tidak mungkin dapat dirubah lagi, seperti lewatnya matahari dari timur kemudian lenyap di barat. Tergantung kepada kita bagaimana menerima terjadi­nya peristiwa itu. Mau diterima dengan duka, atau dengan suka, tidak ada yang memaksa dan tidak akan mempengaruhi atau merubah kejadian itu. Karena itu, mengapa berduka? Muka yang berduka tidak sedap dipandang! Daripada mena­ngis, lebih baik tertawa! Daripada ber­duka, lebih baik bersuka kalau keduanya tidak merubah nasib!”

0 komentar: