Kidung sunyi

08.37 Edit This 0 Comments »
Ketika sunyi menjadi teman abadi, kemana diri akan pergi ditemani gelapnya hari yang selalu menyelimuti jiwa ini.

Bintang gemintang pun tiada bersinar kembali terhijab oleh kegelapan cahayanya yang penuh pesona kini tiada tampak lagi.

Sang rembulan tiada lagi tersenyum tampak olehku wajahnya yang bermuram durja , berduka memandang kegelapan yang menguasai hari.

Sunyi senyap hanya desir angin malam yang masih terasa dan kudengar melalui telinga. membisikkan kabar duka yang ada di semesta ini.

Tiada kata yang bisa kurangkai melukiskan kegelapan yang menguasai jiwa hinggi kini masih kurasa cengkeramannya mengakar di jiwa raga.

Kemana diri akan pergi padahal ia teman yang sejati. Gelap gulita tiada henti seiring berputarnya roda – roda zaman yang datang silih berganti.

Tiada beda bagiku siang ataupun malam hanya gelap mengikuti setitik cahaya yang hampir punah, terantuk oleh kerikil – kerikil tajam , lubang - lubang kegelapan mengintai menjerumuskan jiwa dalam gelap pekat tiada bertepi.

Kemana diri akan pergi padahal ia adalah teman yang sejati yang senantiasa menemani hari – hari, kuusir ia pergi namun ia selalu kembali mengikuti langkah – langkah kaki setiap saat mengintai tiada henti.

Perjalanan diiringi gelap dunia berkawan angin malam dan debu yang beterbangan , jalan tertatih menuju kampung yang hakiki.

Tiada kata yang terlintas mengungkap suasana hati yang menyelimuti perjelanan dimuka bumi , kampong penderitaan ku jalani demi menuju kampung yang hakiki kampung kebahagiaan yang sejati.

Berkawankan sunyi ditengah hari bersahabat kehampaan ditengah malam , perjalanan masih belum berhenti hingga nafas tiada berhembus kembali.

0 komentar: